Menurut sejarahnya, kata “frangipani” merupakan nama bangsawan Italy. Pada abad ke-16, keluarga Frangipani menciptakan parfum yang ekstraknya diambil dari bunga kamboja. Bunga dan sebutan frangipani kerap dijadikan objek sekaligus judul lukisan. Kata ini pula yang sering digunakan dalam beberapa literatur berbahasa Inggris.
Sementara itu, Plumeria diambil dari nama ahli botani asal Prancis yang bernama Charles Plumier yang hidup pada abad ke-17. Awalnya, bunga ini dituliskan sebagai PLUMIERA. Namun, dalam perkembangannya penulisan nama itu berubah menjadi PLUMERIA.
Tanaman Pumeria yang getahnya beracun ini terdiri dari Common Frangipani, Champa dan Red Frangipani. Bunga yang merupakan simbol kota Palermo di Sisili, Itali ini memilili warna yang bervariasi dari kuning, putih, merah muda dan merah. Frangipani adalah bunga kebangsaan Nikaragua dan muncul dalam uang kertas negara itu.
Keluarga Plumeria ini sangat kentara keharumannya pada malam hari. Hal ini dimaksudkan untuk menarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Meskipun frangipani tidak memiliki nektar, keharumannya dikiaskan sebagai sari bunga untuk dewa.
Dalam cerita rakyat melayu, keharuman yang muncul pada malam hari ini sering dikaitkan dengan hantu atau vampir. Hal ini disebabkan karena pohon kamboja sering ditanam di area pemakaman, dan disinyalir merupakan tempat bersemayamnya hantu. Di Banglades, kembang kamboja putih dikaitkan dengan kematian dan pemakaman. Hal ini pun dipercayai oleh masyarakat di Pilipina dan India. Bahkan di India pohon ini dinamakan Tree of Life. Pohon kehidupan yang melambangkan hidup yang kekal.
Di Hawai, frangipani dibudidayakan dan digunakan untuk membuat lei (kalungan bunga). Bunga ini melambangkan status wanita yang mengenakannya. Bunga yang diselipkan pada telinga kanan menandakan penggunanya masih lajang. Sedangkan telinga kiri menunjukkan bahwa dia sudah menikah. Dalam acara perkawinan Hindu, bunga jepun dikenakan pengantin wanita sebagai lambang kesetiaan kepada suami. Tak heran jika dalam feng sui, frangipani kerap diasosiasikan dengan cinta.
Di Bali, bunga kamboja dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu jepun Jawa dan jepun Bali. Jepun Jawa yang biasa disebut kamboja kuburan ini berdaun lebar dan berbunga putih. Jepun Bali terdiri dari bermacam-macam jenis. Satu diantaranya adalah jenis cendana yang konon paling harum.
Slideshow: Hasil kerjasama Mamak Ketol dengan Photobucket
Bunga Jepun dalam Ritual Keagamaan
Di Thailand, frangipani dinamakan lantom yang pengucapannya mirip dengan kata ratom
yang berarti kesedihan. Meskipun frangipani sempat dianggap tabu karena
mengandung makna yang supertisius, kini frangipani lazim dipakai
sebagai persembahan kepada Buddha, dan dipakai pada tahun baru yang
disebut Songkran.Di Laos, frangipani yang merupakan pohon nasional ini
dikenal dengan nama dok jampa. Dok Jampa dianggap
keramat, dan selalu ditanam di setiap candi di Laos. Karena sering
dijumpai di sekitar tempat sembahyang seperti candi dan pura, keberadaan
kamboja kerap dikaitkan dengan ritual keagamaan Hindu dan Buddha.
Frangipani bahkan mendapat julukan pohon pagoda. Di India dan Bali, ada
yang mengganggap kamboja sebagai bunga yang sakral dan selalu hadir
dalam tiap upacara keagamaan. Namun, di antara masyarakat Hindu, hanya
Hindu Bali lah yang menggunakan bunga Jepun sebagai salah satu bunga
persembahan.
Ketut Sumarta, seorang budayawan Bali
mengakui bahwa bunga jepun lekat dengan kehidupan beragama masyarakat
Bali. Akan tetapi, dia tidak menganggap frangipani sebagai pohon
keramat. Sumarta berpendapat bahwa keberadaan pohon jepun disekitar
tempat ibadah hanyalah merupakan upaya praktis untuk memperoleh bunga
untuk keperluan sembahyang.
NILAI EKONOMI
Selain dimanfaatkan untuk keperluan upacara
agama, bunga jepun memiliki nilai jual yang menjanjikan. Di pasaran,
kamboja kering perkilo nya dihargai antara Rp 20.000 – Rp 40.000.
Frangipani diolah sebagai bahan baku industri kerajinan dupa, pengharum,
bahan kosmetik dan spa yang bahkan sampai diekspor ke China.
Awalnya serbuk dupa didatangkan dari pulau
Jawa. Akan tetapi, seiring dengan meningkatnya kebutuhan, permintaan
kamboja kering semakin tinggi, dan harganya pun melonjak. Untuk itu,
masyarakat Bali mulai memanfaatkan bunga jepun gugur yang biasanya hanya
menjadi sampah. Pemanfaatan “sampah” ini sangat penting, karena bunga
yang berkualitas adalah bunga yang gugur secara alami.
Bunga yang gugur kemudian dikeringkan. Bunga
dijemur di bawah terik matahari selama 3 - 5 hari. Setelah kering,
bunga ditumbuk dan diolah menjadi serbuk. Bahan baku ini dapat langsung
dijual kepada pengrajin untuk campuran pewangi, dupa, dan campuran lulur
di salon kecantikan. Hm … suatu proses yang mudah. Apakah Anda tertarik untuk mengolahnya sendiri?
cantik sekali yah bunga plumeria
BalasHapusElever Media Indonesia