2014
Mungkin kita berfikir perang senjata kimia hanya terjadi di zaman
modern, tetapi penggunaan kimia sebenarnya sudah dimulai sejak periode
kuno. Seperti hanya Perang Dunia, beberapa negara diduga telah
menggunakan senjata kimia untuk mengalahkan musuhnya. Perang senjata kimia memainkan
peran utama selama beberapa puluh tahun terakhir, dan beberapa bukti
ternyata membuktikan adanya perang kimia ribuan tahun yang lalu, salah
satu contohnya adalah perang Peloponnesia dan penyerangan Kekaisaran
Persia Sassaniyah.
Salah satu perang senjata kimia ditemukan dalam mitos Yunani kuno,
Heracles. Dalam catatan sejarah, pasukan dihujani panah dari darah Hydra
yang mampu membuat musuh tewas keracunan, bukti ini telah disebutkan
dalam catatan Homer, Iliad dan Odyssey. Perang senjata kimia juga
ditemukan dalam jejak sejarah perang Peloponnesia, diduga mereka
menggunakan asap beracun dimana peperangan ini berlangsung selama abad
ke-5 SM. Pada saat itu telah terjadi pertempuran antara Sparta dan
Athena, mereka membakar kayu yang dicampur sulfur dibawah dinding. Asap
ini melumpuhkan para prajurit sehingga melumpuhkan kemampuan mereka
untuk melawan serangan Sparta.
Penggunaan senjata kimia juga ditemukan di peradaban Timur seperti
India, dalam sejarah mereka menggunakan racun selama peperangan yang
bisa ditemukan dalam jejak kisah sejarah Mahabharata dan Ramayana. Perang senjata kimia juga
ditemukan dalam kisah Kautilya-Arthashastra, periode Maurya India.
Sementara di wilayah Cina ditemukan tulisan yang menggambarkan
penggunaan gas beracun disebuah kota. Asap beracun dikeluarkan dari bola
atau sayuran beracun lainnya yang dibakar, dipompa melalui terowongan
yang ditujukan untuk melumpuhkan pasukan yang mengepung kota.
Perang Senjata Kimia Dalam Pertempuran Persia Sassaniyah
Beberapa bukti perang senjata kimia sejauh ini diperoleh melalui sastra, sementara bukti arkeologi adanya perang senjata kimia ditemukan
dilokasi Dura-Europos yang terletak di tepi Sungai Efrat, Suriah. Pada
tahun 256, Shapur I mengepung kota dan memerintahkan untuk melemahkan
dua menara yang terletak di utara Gerbang Palmyrene. Ketika orang-orang
Romawi menyadari ancaman, mereka menggali lubang sebelum mereka
menyelesaikan pekerjaannya. Persia menggali sepanjang dinding pada saat
Romawi mencapai mereka dan berhasil melawan serangan Romawi, dan ketika
prajurit kota melihat pasukan musuh, mereka menyegel terowongan
secepatnya.
Meskipun tidak ada catatan kapan pengepungan terakhir, arkeolog
mendapatkan petunjuk tentang apa yang pernah terjadi. Dura-Europos
digali pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh arkeolog Perancis dan
Amerika, pada waktu itu ditemukan tambang yang digali orang Persia
Sassaniyah dan digali lagi oleh orang Romawi. Arkeolog juga menemukan
sekitar 19 kerangka tentara Romawi dan seorang prajurit Sassaniyah
didalam terowongan. Diduga telah terjadi pertempuran sengit didalam
terowongan, dimana Sassaniyah berhasil memukul mundur prajurit Romawi.
Setelah pertempuran, Sassaniyah menghancurkan tambang dengan cara
membakarnya, hal ini terbukti dengan adanya kristal belerang dan aspal
ditemukan dalam terowongan. Pemeriksaan ulang dilakukan pada tahun 2009,
beberapa bukti menjelaskan peristiwa yang terjadi selama pengepungan.
Terowongan itu terlalu sempit untuk pertempuran tangan, sehingga
arkeolog merasa ragu bahwa ditempat itu telah terjadi kontak fisik.
Posisi tubuh pasukan Romawi terlihat sengaja ditumpuk, mereka tidak
tewas seketika didalam terowongan.
Prof Simon James, arkeolog di University of Leicester, mengatakan bahwa
Sassaniyah menggunakan gas beracun untuk membunuh pasukan Romawi. Ketika
belerang dan aspal dimasukkan kedalam pembakaran akan menciptakan gas
yang membuat manusia tersedak dan asam sulfat memasuki rongga hidung
pasukan Romawi.
Dalam beberapa menit, pasukan Romawi yang berada didalam terowongan tewas, prajurit Sassania mungkin satu-satunya orang yang telah menjadi korban senjatanya sendiri dan meninggal didalam terowongan. Setelah terowongan bersih dari gas, Sassaniyah menumpuk tubuh pasukan Romawi dipintu tambang sebagai benteng yang membantu pertempuran.
Persia-Sassaniyah menghadang serangan menara lain ujung selatan dinding
barat. Sebuah terowongan dibesarkan untuk menyerang menara, tetapi
sepertinya pasukan kota menghentikan penggalian tambang. Musuh menggali
terowongan lain, hal ini tidak menyebabkan runtuhnya dinding tapi
bertujuan untuk menembus kota dari bawah tanah. Pada akhirnya pasukan
musuh berhasil memasuki kota, penduduk kota berbaris menuju Ctesiphon
dan sebagian dijual sebagai budak, kota dijarah dan tidak pernah
dibangun kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar